Bab 1.
Konsep kurikulum secara Alkitabiah
Perjanjian Lama
Sebelum saya membahas konsep kurikulum secara Alkitabiah,
maka baiklah saya mulai dengan “perkataan sang pembuat kurikulum” yang
mengkurikulumkan kurikulumnya dalam kekuatan sabda-Nya kepada penulis Kitab
Kejadian dengan perkaataan sbb:
Pada mulanya Allah menciptkan langit dan bumi. (Kej. 1:1)
Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita. Supaya mereka berkuasa atas …seluruh bumi … (Kej. 1:26)
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya …
(Kej. 1:27)
Berdasarkan firman Tuhan di atas, tidak ada kata kurikulum
secara gamblang, namun kita dapat yakini bahwa kurikulum itu sudah ada pada
diri Allah sendiri dengan penegasan kata “menciptakan” (baca : perencanaan
Allah sejak kekal dalam menciptakan langit, bumu dan isinya), kemudian
kemampuan merencanakan itu diberikan Allah dalam diri manusia, penegasan ini
dapat dipahami dalam kata penciptaan manusia yang “segambar dan serupa” dengan
Allah. Kata “segambar dan serupa” hanya muncul dalam konteks penciptaan
manusia, dan tidak untuk mahluk yang lain termasuk kera yang menurut teori
Charles Darwin, manusia berevolusi dari kera.
Berdasarkan kemampuan (peta dan gambar Allah) yang ada pada
manusia, maka manusia memiliki kemampuan perencanaan atas berbagai hal yang
berhubungan dengan kehidupan manusia.
Kemampuan perencanaan itu dapat dilihat dalam Kejadian 2:24
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Teks ini memang
bicara tentang manusia pertama, dan belum ada anak-anak dari manusia pertama,
tetapi nanti dalam narasi selanjutnya akan terjadi bahwa seorang anak laki-laki
akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk menyatu dengan isterinya. Dalam narasi
ini hendak saya tegaskan bahwa perencanaan menjadi bagian dari kehidupan
manusia.
Kembali kepada inti percakapan tulisan ini, yakni konsep
kurikulum Alkitabiah. Memulai dengan ayat yang telah dikutip dan nanti dalam
pembahasan selanjutnya aka nada refrensi dari Alkitab, tetapi yang hendak saya
tegaskan di sini yakni kurikulum dalam pengertian perencanaan tidaklah asing
dalam kesaksian seluruh bagian Alkitab, mulai dari Kejadian sampai Wahyu. Ada
perencanaan Allah dalam hal penciptaan, pemilihan bangsa Israel dan penebusan
manusia berdosa. Semuanya sudah ada dalam perencanaan Allah sejak kekekalan.
Jadi, perencanaan itu dimulai dalam diri Allah dan kemampuan
merencanakan itu diberikan kepada manusia, sehingga dengan kemampuan tersebut
manusia dapat merencanakan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupannya,
seperti perencanaan untuk mendidik Anak, dan seterusnya.
Perencanaan untuk mendidik anak telah dilakukan Adam dan
Hawa, oleh anak-anaknya sampai pada pemilihan Israel sebagai bangsa,
perencanaan pendidikan telah menjadi bagian yang sangat penting dalam
pendidikan bangsa Israel dengan penekanan syema yang terkenal: Tuhan itu Esa.
Perencanaan pendidikan sebagaimana yang disinggung di atas tidak hanya dilakukan oleh bangsa Israel tetapi juga oleh bangsa-bangsa di sekitar Israel pada waktu itu, walaupun isi pendidikan itu tidak sama. Salah satu bangsa di sekitar Israel yang terkenal dalam pendidikan adalah bangsa Yunani dan Bangsa Romawi. Kemudian dalam sejarah perkembangan pendidikan, para pendidik modern memilih kata kurikulum yang berasal dari bahasa Latin dari kata currere.
Uraian di atas sudah membantu kita dalam memahami apa yang saya maksudkan dengan konsep kurikulum secara Alkitabiah. Oleh karena itu saya melanjutkannya dengan uraian dari sisi etimologi kata
kurikulum. Namun haruslah saya tegaskan disini bahwa sebelum muncul penggunaan
kata currere dengan berbagai pengertiannya sebenarnya jauh sebelumnya sudah ada
dalam Alkitab esensi dari kata kurikulum sebagaimana yang akan muncul dalam
studi etimologi kata berikut ini ditambah dengan beberapa pendapat Ahli PAK
terhadap kurikulum.
0 Comments